Foto : Sayuti Katjong pembuat turbin & salah satu titik lokasi air terjun (f-ist)
Penulis : Suleman Latantu
Harian Sulawesi | Buol – Keberadaan potensi air di Kelurahan Kulango Kecamatan Biau Kabupaten Buol, ternyata menjadi obsesinya dalam mengembangkan bakat dan kemahiran autodidaknya dalam merancang pembuatan turbin Pembangkit Listrik Tenaga Air untuk kebutuhan warga, khususnya bagi pekebun di pegunungan di wilayah tersebut.
Dia adalah Sayuti Katjong ( 53 ) tahun putra asli Buol, meskipun hanya berlatar pendidikan sederat namun pria kelahiran Kulango tahun 1972 ini memiliki kemampuan/keahlian membuat karya tersendiri untuk membantu orang lain dalam hal kebutuhan energi listrik.
Dimana dengan modal bakat autodidak yang dimilikinya, ia bisa membuat turbin pembangkit tenaga listrik yang dirakitnya sendiri yang dapat menghasilkan energi listrik khususnya bagi mereka yang membutuhkan jasanya.
Menurutnya, awalnya tahun 2005, secara perlahan ia mencoba memanfaatkan keberadaan air terjun sebagai sumber penggerak energi listrik itu dengan cara membangun pembangkit sistem kincir tradisional.
Namun karena kapasitas layanan pembangkit energi listrik melalui kincir itu sangat terbatas, maka selang berapa tahun kemudian, ia mencoba beralih merakit pembangkit dengan menggunakan bahan dasar peralatan listrik, seperti turbin, dinamo, kabel dan pipa paralon.
Selanjutnya bahan dasar yang ia beli dari toko yang menjual peralatan listrik kemudian ia rancang dan rakit sendiri untuk bisa berfungsi sebagai pembangkit tenaga listrik seperti halnya tenaga listrik yang digerakan mesin Disel.
“Alhamdulillah dengan usaha, pengalaman dan pengetahuan yang saya yang terbatas, akhirnya saya berhasil merancang pembuatan pembangkit listrik yang bersumber dari air terjun tersebut” ucap Sayuti kepada media ini.
Sehingga dengan menggunakan sistem turbin, tenaga listrik yang hasilkan lanjutnya bisa menghasilkan tegangan listrik berkapasitas antara 220 Kwh hingga 5000 Kwh.
Namun dalam hal pemakaian tenaga listrik itu menurutnya, ia bisa mengatur penyesuaian kapasitas tenaga listrik yang dibutuhkan oleh mereka yang menggunakan jasanya.
“Saya dapat melakukan perakitan pembangkit tenaga listrik tenaga air, jika ada warga yang menawarkan jasa saya. Dan semua bahan dasar listrik itu mereka sendiri yang adakan sesuai kebutuhan” jelas Sayuti.
Dan warga yang menawarkan jasanya selama ini lanjut Sayuti, pada umumnya adalah mereka yang memiliki rumah di lahan perkebunan yang jaraknya belum terjangkau dengan aliran listrik PLN.
Dan menyusul meskipun warga yang berkebun di pegunungan dan telah memiliki rumah jumlahnya sudah cukup banyak, namun baru 10 KK diantaranya yang memiki sambungan layanan tenaga listrik tersebut dengan jumlah kapasitas tenaga listrik yang hasilkan rata rata hanya 220 Kwt.
“Sebelumnya saya juga sudah pernah merancang listrik PLTA berkapasitas antara 3000 Kwt hingga 5000 Kwt di tempat lain yang memiliki sumber air terjun dirumah perkebunan milik almarhum Jamaludin Sahadu di Desa Lakea 1” papar Sayuti.
Sementara menurut sejumlah warga sekitar, kemampuan dan keahlian Sayuti dalam merancang/merakit pembangkit tenaga listrik yang bersumber dari air terjun dinilai sangat membantu warga yang memiliki rumah dan kebun di wilayah pegunungan tersebut.
Karena sebelum ada PLTA, pada umumnya mereka menggunakan mesin listrik Disel yang menggunakan bahan bakar solar. Sehingga pada gilirannya mereka setiap minggu harus membeli solar dengan harga rata rata sesuai standar penjualan secara umum.
“Tapi sejak adanya Pembangkit listrik tenaga air terjun yang dibuat sendiri oleh Sayuti, saat ini mereka tidak lagi menggunakan mesin Disel” ungkap salah seorang warga
Selanjutnya kreativitas keahlian yang ia miliki ternyata bukan hanya membuat pembangkit tenaga listrik, tetapi Sayuti juga memiliki kreativitas lainya sebagai pengrajin mebel kayu.
Sehingga dengan menggunakan alat pertukangan mebel pada umumnya, juga Sayuti memanfaatkan tenaga listrik tersebut untuk menggerakkan peralatan yang menggunakan listrik, seperti mesin bubut dan skup listrik.
Dikatakan selain sejumlah warga, ia juga memiliki kebun dipegunungan serta sebuah rumah sederhana disana. Nah, dirumah itulah ia membuat kerajinan kayu, seperti rebana, piring kayu serta bentuk kerajinan lainnya yang memiliki nilai ekonomis.
“Dan semua jenis kerajinan kayu yang saya buat rata rata menggunakan listrik. Dan Alhamdulillah dalam membuat kerajinan kayu, kapasitas listrik yang saya digunakan jumlahnya tidak terbatas dan tidak ada biaya yang saya keluarkan seperti halnya menggunakan listrik PLN atau mesin genset” ujarnya.
Selama menekuni bidang pekerjaan sesuai keahliannya itu, ia mengaku belum pernah memperoleh dukungan bantuan modal dari Pemerintah untuk pengembangan usahanya.
Olehnya melalui media ini ia sangat berharap, agar Pemerintah Buol khususnya bisa memberi dukungan perhatian untuk pengembangan usahanya secara mandiri dan berkelanjutan sesuai latar belakang keahlian yang ia geluti selama ini (**)