Harian Sulawesi | Morowali – Pekan Olahraga Pelajar Daerah (Popda) se Sulawesi Tengah, yang dipusatkan di Kabupaten Morowali telah dianggarkan sebesar Rp 3 miliar yang berlangsung dari tanggal 29 Agustus hingga 2 September 2022.
Yang menjadi pertanyaan, mengapa asupan makanan para atlit ‘hanya’ disediakan makanan yang tidak berkualitas ? Padahal para atlit yang menghadiri kegiatan tersebut harusnya menjadi perhatian khusus para penyelenggara Popda.
Namun, sejauh ini ternyata tidak seperti yang diharapkan oleh para atlit ataupun official asal Kabupaten Parimo. Mereka telah menerima asupan makanan yang ‘bercampur’ ulat, sehingga pihak pengurus Popda asal Parimo mencari makanan pengganti.
Kepada wartawan media ini, Sekertaris KONI Parimo Supardin SPd, sekaligus sebagai official Popda membenarkan jika penerimaan asupan makanan dari penyelenggara Popda di Morowali kepada atlit Parimo pagi tadi ‘kurang berkualitas’ karena dalam bungkusan makanan itu telah tercampur dengan ulat.
“Ini Makanan ada Ulatnya…! Kami kecewa pak, mohon agar dimuat beritanya tentang makanan atlit Popda Parigi Moutong di nasi bercampur ulat” tulis Supardin melalui WA pagi ini.
Dirinya tidak menyangka jika asupan makanan yang diberikan kepada atlit Popda Parimo itu tergolong makanan yang ‘menjijikan’. Padahal anggaran yang disiapkan untuk penyelenggaraannya sangat besar.
Jika demikian lanjut Supardin, siapa yang disalahkan ? Apakah pihak orang ketiga yang ditunjuk sebagai penyiap asupan makanan yang berlisensi ataukah para penyelenggaranya, tanya mantan pelari nasional ini.
Senada, salah seorang atlit asal Parimo juga menulis kepada media ini terkait kekesalannya menerima asupan makanan atlit yang tercampur ulat, “Terpaksa saya bersama teman tidak makan pak, tapi diganti dengan makanan ringan yang masih tersimpan” ungkap RY.
Sementara, pernyataan Kadisporabupar Kabupaten Morowali, Drs Moh Adzan Djirimu MSi melalui pemberitaan media lokal Morowali saat pembukaan mengatakan, anggaran tersebut sudah termasuk program training center (TC) atlet, venue, uang saku, dan biaya makan minum selama Popda berlangsung.
“Untuk anggaran fisik venue lapangan dan gedung sebesar Rp 1 miliar. Biaya makan dan minum Rp 1 miliar, dan selebihnya pelaksanaan dan uang saku atlet dan pelatih,” terangnya.
Hal ini dapat diartikan bahwa nilai anggaran untuk asupan makanan para atlit sangat besar. Lantas mengapa makanan yang disuguhkan itu sama sekali tidak berkualitas ? Apa lagi telah bercampur dengan ulat didalam nasinya. Semoga hal ini bisa ditelusuri pihak berwajib untuk bisa mengutus tuntas terkait dugaan permainan makan & minum senilai Rp 1 Miliar di pelaksanaan Popda se-Sulteng di Kabupaten Morowali. (Pde)