Harian Sulawesi | Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Mendukung Rancangan Undang-Undang Tindak Pidana Kekerasan Seksual (RUU TPKS) untuk segera disahkan.
Hal itu disampaikan Muhadjir saat memberikan Arahan dalam Rapat Koordinasi Lintas Sektor dalam Upaya Percepatan Penyusunan dan Pembahasan UU TPKS, di Kantor Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA), pada Jumat (4/2).
“Saya sangat mendukung kerja keras Ibu MenPPPA Bintang Puspayoga sebagai leading sector untuk penyelesaian Undang-Undang Tindak Pidana Kekerasan Seksual yang sudah sangat lama berproses,” ujar Muhadjir.
Seperti diketahui, setelah berlarut-larut sejak tahun 2016 dan hilang timbul di Program Legislasi Nasional (Prolegnas) DPR, kini RUU TPKS yang sebelumnya bernama RUU Penghapusan Kekerasan Seksual (RUU PKS) telah disahkan menjadi RUU inisiatif DPR dalam rapat paripurna DPR, pada Selasa, 18 Januari 2022.
RUU inisiatif ini kemudian secara resmi akan dikirim ke Presiden, kemudian akan ditindaklanjuti sesuai peraturan undang-undang yang berlaku.
Menurut Muhadjir, dengan momentum positif ini, maka pengesahan RUU TPKS sebagai Undang-Undang resmi harus segera dipercepat. “Ini mumpung (RUU TPKS) sedang timbul, jangan sampai tenggelam lagi. Ini harus kita kejar tayang betul.”
Menurut Muhadjir, percepatan pengesahan RUU TPKS ini juga sesuai dengan Arahan Presiden Jokowi yang menginginkan agar UU ini segera disahkan.
Apalagi, Menko PMK mengatakan bahwa fakta belakangan ini sangat banyak kasus-kasus kekerasan seksual yang mencuat ke permukaan. Karena UU ini perlu segera disahkan karena sangat ditunggu-tunggu dan dibutuhkan oleh banyak pihak.
“Jangan sampai hilang lagi. Karena itu kita harus mempercepat pengesahan UU ini,” sebutnya.
Muhadjir meminta Kementerian PPPA selaku leading sector agar segera menyelesaikan permasalahan dalam substansi-substansi yang menjadi kontroversi di tengah masyarakat. Hal itu agar seluruh kalangan masyarakat bisa menyetujui pengesahan RUU ini.
“Saya yakin tidak ada entitas yang menolak undang-undang ini. Jika ada hanya pada tataran semantik atau konstruksi isi. Kalau sudah selesai disetujui,” ujarnya.
Muhadjir meminta agar penyelesaian RUU TPKS dapat ditargetkan selesai dalam waktu singkat. Setelah itu diusahakan agar masuk ke DPR dan diparipurnakan. Dia berharap RUU TPKS dapat disahkan dan menjadi payung hukum komprehensif yang melindungi masyarakat Indonesia, khususnya perempuan dan anak dari kekerasan seksual.
“Saya berharap undang-undang ini memiliki ‘daya jotos’ untuk menyelesaikan permasalahan kekerasan di Indonesia yang mendukung,” pungkasnya.
Dalam kesempatan itu, Menteri PPPA Bintang Puspayoga menyampaikan bahwa substansi dari RUU TPKS ini terdiri dari 12 bab dan 73 pasal. Bintang menyampaikan, KPPPA telah melakukan berbagai upaya yang melibatkan DPR, organisasi, atau tokoh-tokoh agama dan lembaga adat akademisi masyarakat, media massa, juga jajaran pemerintah serta institusi penegak hukum.
Menteri PPPA Bintang menyampaikan, saat ini Kementerian PPPA sebagai leading sektor bersama Tim Gugus Tugas percepatan RUU TPKS yang terdiri dari KPPPA, Kemenkumham, Kemensetneg, Kemendagri, dan KSP, telah merumuskan 623 Daftar Inventarisir Masalah (DIM) yang akan menjadi lampiran Surat Presiden (Surpres) ke DPR. (**)
Foto Kontributor: Dwi Prasetya
Reporter: Novrizaldi