Penulis : Sumardin SH
Kabupaten Parigi Moutong yang sudah memasuki usia 20 tahun (Dua Dekade) nampaknya belum ‘mampu’ memberikan kesejahteraan kepada masyarakatnya karena faktor kemiskinan teratas di provinsi Sulawesi Tengah.
Berikut petikan pernyataan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Parimo Simon S.Si. MM, kepada sejumlah media belum lama ini bahwa jumlah penduduk miskin di Kabupaten Parigi Moutong (Parimo), Sulawesi Tengah (Sulteng) masih cukup tinggi.
“Berdasarkan data terbaru, secara kuantitas jumlah penduduk miskin di Kabupaten Parimo masih cukup tinggi,” tulisnya.
Sesuai data yang diperoleh, dari total penduduk 443.170 jiwa, jumlah penduduk miskin di Parimo per 29 Maret 2022, masih di angka 76,79 ribu jiwa.
Meski pada faktanya angka kemiskinan di Parimo cenderung menurun, namun dari jumlah tersebut Parimo masih masuk kategori penduduk miskin yang paling tinggi di Sulawesi Tengah.
“Jika dilihat berdasarkan presentase, distribusi kemiskinan itu cenderung menurun. Terakhir di 2021 persentase penduduk miskin di Kabupaten Parimo mencapai angka 15,28 persen,” kata Simon.
Jika demikian, siapakah yang harus bertanggung jawab atas prestasi yang memilukan itu ? Adakah sosok pejabat yang bisa memperbaiki daerah ini dikemudian hari melalui bahasa tubuh yang ikhlas dan mampu merubah daerah ini menjadi Kabupaten yang sejajar dengan Kabupaten lainnya di Sulawesi Tengah, terutama untuk perubahan kemiskinan ?
Mungkinkah prestasi termiskin ini hanya berlaku kepada pemimpin yang ‘selalu’ melupakan hak-hak masyarakatnya ? Ataukah mereka juga telah melupakan para pejuang Kabupaten yang saat ini ‘masih’ butuh penghormatan dari pemerintah daerah.
Sementara, di wilayah Legislatif terdapat para wakil rakyat yang dipercaya bisa memberi sumbangsi pemikiran kepada pimpinan Eksekutif untuk memberi saran dan pendapat terkait pencapaian kesejahteraan masyarakat hingga kepintu perubahan.
Namun semua itu bagaikan hayalan saja yang dilakoni oleh oknum para wakil rakyat ketika duduk di kursi panas DPRD Kabupaten Parigi Moutong. Demikian pula suara rakyat yang tidak mampu terus ‘berteriak’ demi kesejahteraan dan kemaslahatan rakyat kecil, terasa hanya biasa-biasa saja.
Sungguh ironi memang, jika sandaran hidup hajat orang banyak harus terlepas dari fenomena bayang-bayang kemiskinan tanpa ada kepedulian para pemimpin di daerah ini.
Sementara, usia Parigi Moutong saat ini sudah masuk di Dua Dekade atau tahun ke – 20. Tapi daerah ini ternyata belum mampu memberikan kesejahteraan kepada masyarakat, minimal orang miskin bisa terangkat harkat kehidupannya.
Bahkan sejumlah oknum pejabat di Kabupaten Parigi Moutong sepertinya adem-adem saja walaupun ada beberapa orang oknum pejabat sudah di vonis hakim hingga empat tahun penjara oleh karena ‘merampok’ uang rakyat, namun atas keputusan tersebut pihak terdakwa masih melakukan banding.
Ya…Allah…! Ampuni dosa warga ‘miskin’ Parimo yang belum mendapat kesejahteraannya. Berikan kepada kami sosok pemimpin yang memiliki kharisma penyayang dan penyejuk rakyat dan bukan pemimpin yang sering berjanji dikemudian hari, pinta Ibu Noni warga Kelurahan Loji ini.
Semoga saja usia Parigi Moutong tahun ke -20 ini akan bisa merubah daerah ini menjadi Kabupaten terdepan sebagaimana motonya ‘Parigi Moutong Sebagai Terdepan di Sulawesi Tengah’…Uraaaaaaaaaaaa Parimo Bangkit !!!