Harian Sulawesi | Parimo – Dwi Ali Sukoco, itulah nama lengkap seorang kakek namun masih energik salah satu peserta asal Provinsi Jawa Timur (Jatim) yang ikut lomba Kejuaraan Paragliding Trio Indonesia Air Force Cup 1 2022 di Kecamatan Tinombo Kabupaten Parigi Moutong Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) yang digelar 18-20 Maret 2022.
Dwi Ali Sukoco yang akrab di sapa Ali itu saat ini berusia 65 tahun dan telah memiliki pengalaman terbang sebanyak 12.000 kali terbang.
“Setiap kali terbang kami catat, makanya saya tahu berapa kali terbang,”Ucapnya.
Kata Ali, ia mengikuti kegiatan penerbangan sejak tahun 1973. Saat itu kata ia masih Terjun Payung Statik. Selanjutnya kata Ali pada tahun 1976 sampai tahun 1995 ia menggeluti terjun payung Tripol. Ditahun 1995 ternyata Terjun Payung Tripol ada urutanya sehingga ia tidak mampu untuk melanjutkan ke tahap berikutnya, dan kemudian ia pindah ke Diving sampai pada level Master Dive.
“Nanti di tahun 2003 pada usia 45 tahun saya mulai bergelut di Paralayang, dan saya pernah Tandem turis waktu di Manado, dan saat itu masih Dinas aktif. Jadwal saya Tandem tamu hari Jum’at, Sabtu dan Minggu,”Bebernya.
Lelaki pensiunan Guru di SMK Negeri Singosari Malang Jatim itu juga mengagumi spot Paralayang yang ada di Kecamatan Tinombo.
“Spot Paralayang disini bagua sekali, mulai dari tempat Take Offnya hingga Landingnya sangat bagus, hanya saja terpengaruh oleh kondisi pohon Manggrove sehingga mau turun saja sulit. Jadi ada angin dari laut terhalang oleh Manggrove tadi,”Jelasnya.
Namun kata Ali, pohon Manggrove tidak bisa di tebang karena dilindungi oleh Negara dan merupakan program Nasional, sehingga solusi terbaik adalah di depan tempat Landing yang masih ada rawa ditimbun atau diratakan keseluruhan.
“Kan katanya ada kegiatan Paralayang tingkat Internasional disini, jadi solusi saya yang masih rawa rawa diratakan saja, apalagi kalau ditanami reremputan seperti jadinya lapangan sepak bola, itu jauh lebih baik, karena itu bisa menyerap panas, kalau ini kan panasnya memantul saat menguap, ia akan membujurkan termis panas, dan panasnya cepat sekali menuju ke awan sehingga ketika landing akan dipengaruhi karena adanya termal termal (kolom udara),”Jelasnya.
Untuk posisi tempat Take Off-nya menurut Ali sagat bagus, apalagi telah di Paving Blok dan di karpetkan sehingga jarang peserta gagal saat Take Off.
“Jalurnya ketempat Take Off dari Landing sangat luar biasa bagusnya. Kalau ditempat lain harus berjalan kaki terlebih dahulu kurang lebih 100 meter,”Ujar Ali yang juga sebagai Instruktur Paralayang itu, Sabtu (19/3/22).
DISKOMINFO PARIGI MOUTONG